Kesalahan-Kesalahan Yang Biasa Dilakukan Wartawan Baru (Pengalaman Pribadi)



Kemarin, gue makan malem bareng sama salah seorang rekan wartawan lettingan gue. Alhamdulillah doi berhasil survive, dua tahun kontrak di perusahaan lama gue dan udah diangkat menjadi karyawan tetap.

Sambil makan, sambil ngobrol ngalor-ngidul, khususnya momen-momen saat awal gue ama dia terjun di dunia kewartawanan. Dari situ gue terilhami buat nulis, sharing, kesalahan-kesalahan apa saja yang biasa dilakukan wartawan baru/ noob. 

Pertama, teknik penulisan. Iyalah itu kan kerjaan utama wartawan, nulis. Sebagai wartawan pemula sudah dapat dipastikan kalau tulisan-tulisan di awal bakal ancur abis. Dari mulai misstypo, missleading judul berita, kesalahan penulisan nama orang, pangkat, institusi dan sebagainya. Jadi, langkah awal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi dan memitigasi kesalahan-kesalahan teknik penulisan adalah dengan belajar beradaptasi dari gaya penulisan kantor/ perusahaan kalian dan rajin menggali-gali KBBI.

Kedua, pemahaman yang dangkal. Masih dari aspek teknis, ya, pemahaman wartawan baru yang masih dangkal salah satu faktor yang membuat tulisan menjadi gak bagus. Makanya ini adalah sebuah kesalahan yang harus diperbaiki. Caranya gimana? banyak baca dan banyak tanya. Sudah hal lumrah kalau wartawan baru pasti akan jet lag dengan isu-isu berita apalagi di awal-awal kalian bakal dilempar ke banyak tempat liputan guna memahami beragam isu dan kondisi lapangan. Oleh karenanya di awal berkarir, wartawan anyar hukumnya wajib banyak baca dan banyak tanya.

Ketiga, mudah mengeluh dan kurang militan. Ini sih gue rasa bukan buat wartawan saja, tapi memang penyakit milenial. Tapi, khusus di dunia kewartawanan ini krusial. Wartawan sekarang mudah ngeluh dan kurang militan yang mana berdampak pada hasil tulisan. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena beragam faktor tentunya, tapi beberapa faktor yang paling umum dirasakan ialah lingkungan kerja yang gak kondusif, hubungan dengan atasan yang kurang baik, tidak memahami isu, muak dengan omong kosong pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang cuman jadi berita murahan, dan yang paling fatal setengah hati menjadi wartawan dan lain-lain. Nah, untuk alasan-alasan selain alasan terakhir, saran gue bisa diperbaiki dengan silaturahmi memperbaiki hubungan habluminnanas dan banyak bersyukur serta mungkin bisa cuti sejenak. Namun kalau alasan terakhir yang jadi penyebab mudah mengeluh dan kurang militan, lebih baik lu resign dari dunia kewartawanan. 

Keempat, malas mencari isu. Kalau kurang memahami isu, mending. Kalau malas mencari isu, jangan jadi wartawan saja. Karena yang namanya wartawan harus menguasai isu, apa pun itu dari A-Z, karena itulah bentuk pelayanan kepada masyarakat dan bentuk memenuhi kuota harian dalam mengais nafkah. Karena dengan teknologi sekarang, adanya kemudahan berjejaring komunikasi seperti grup Whatsapp, Telegram, dan Instagram, kebanyakan wartawan malas mencari berita, mereka lebih senang menunggu jarkom rilis maupun transkrip naskah yang bisa dengan mudah di dapat di aplikasi-aplikasi tersebut. Hal ini berdampak pada kedangkalan informasi dan tentunya keheterogenitas berita yang dihasilkan, karena tak jarang untuk kasus-kasus yang sedang viral, pembaca akan mendapatkan satu informasi yang cenderung mirip secara naskah dan sebagainya dari sumber-sumber yang berbeda. Dan kalau wartawan baru jangan sekali-kali diniatkan malas, karena selain berdampak buruk kedepan, kalau kalian kurang berskill dalam memparafrase berita yang ada kalian bakal kena semprot editor, dan menjadi penilaian buruk kedepan.

Kelima, jaim. Pernah mendengar pepatah, malu bertanya sesat di jalan? Nah itu, sebagai wartawan baru haram hukumnya jaim, karena kerja sebagai wartawan sejatinya adalah kerja tim dengan orang-orang yang baru setiap harinya. Introvert pasti berpikir ulang kalau mau jadi wartawan. Jadi, buang jauh-jauh kejaiman kalian wahai wartawan-wartawan baru, karena kalau kalian jaim kalian bakal kehilangan momen-momen dan informasi penting di lapangan. Saran gue, kalian harus "belgi", atau belaga gila. Udah buang tuh ego jaman kuliah atau tempat kerja lama, jadi humble  di lapangan dengan menyapa lebih dahulu, memperkenalkan diri, berbagai tugas (tikpet dan transkrip), jangan pelit informasi dan sebagainya. Dengan demikian, kalian bakal cepat mudah bergaul dan diterima di lingkungan/ pokja wartawan manapun. 

Okay, sekian dulu ya informasi yang bisa gue kasih. Terima kasih. 

Komentar

Postingan Populer