Berbagi Cerita Agar Lolos Wawancara Kerja (Pengalaman Pribadi)




Empat bulan sudah aku terbebas dari ikatan akademik sebagai mahasiswa. Ya, ini sudah 4 bulan dari waktu aku dinyatakan lulus dari tempat aku menempa ilmu untuk gelar sarjana strata-1 ku. Ada banyak hal yang telah aku lalui namun 4 bulan terakhir bisa dikatakan bulan - bulan yang memiliki tingkat stres & depresi yang paling tinggi sejauh ini. Penyebabnya aku pun masih bingung karena selama 4 bulan ini pun ada banyak hal yang aku alami.

Tapi dari sekian banyak hal yang terjadi mungkin usaha mencari pekerjaan adalah hal yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam menyumbang sakit kepala bagian belakangku ini. Mungkin perlu saya bagi pengalamannya disini, ya itung-itung komemorasi dan self reminder juga bahwa dengan memiliki gelar S1 pun mencari kerja tidak semudah membalikan telapak tangan. Jadi inget filmnya Rano Karno Si Doel Anak Betawi yang dulu pas SD aku tonton.

Selayaknya seorang fresh graduate, hal pertama dan utama yang dilakukan setelah lulus adalah membuat cv dan bersegera melamar pekerjaan yang dimimpi kesana dan kemari. Ini merupakan aktivitas utama yang saya lakukan selama 4 bulan terakhir. Tak terhitung, banyak sudah jumlah cv yang disebar, dari mulai sifatnya online hingga skala bursa kerja/job fair. Alhamdulillah hingga hari ini saya sudah tiga kali merasakan yang namanya panggilan untuk tes seleksi penerimaan kerja dan interview kerja.

Saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman - pengalaman saya mengikuti tes seleksi masuk kerja. Tes pertama saya ialah dari sebuah media televisi nasional. Disini saya hanya berhasil hingga tahap interview HRD setelah sebelumnya ikut psikotest.

Pengalaman tes seleksi kedua saya dapat dari sebuah perusahaan retail minimarket terbesar di Indonesia, disini saya sebetulnya cukup dibutuhkan, dan berhasil menembus tahap wawancara user, hanya saja entah mengapa saya ingin mencoba hal lain sehingga tawaran ini saya rela lepas.

Pengalaman seleksi kerja ketiga saya dapat dari sebuah perusahaan koran nasional, disini saya gagal karena terlalu excited sehingga mungkin bikin risih si pewawancara. hihihi

Baca Juga: Mengenal Konsep Ikigai (Positif Thinking ala Jepang)

Dari pengalaman seleksi kerja dari satu ke yang lain nya, jelas saya bukan yang terbaik dan saya yakin banyak kesalahan fatal yang tidak sesuai ekspektasi si perekrut. Namun saya bisa katakan disini bahwa jelas saya belajar banyak hal.

Apa yang saya tangkap dari serangkaian proses tersebut adalah bahwa ilmu, pengetahuan, gelar, pengalaman, penampilan saja tidak cukup, the corporate needs more than that! So what it is? what do the corporate needs? Does u want to know what it is? yeah please tell us! okay.

1. A Robots Mentality
Duh jadi bahasa inggris nih. Ok balik lagi ke indo ya.
Kenapa saya bisa mengatakan demikian... okay ini bisa dilihat dari kebiasaan-kebiasaan interview yang dilakukan. Serius... mayoritas orang yang saya kenal dan berhasil lolos seleksi kerja adalah orang - orang yang mengikuti saran-saran dari internet yang jawabannya jelas sudah terkonstruk dan di copy paste berulang kali lagi dan lagi. Menimbulkan pola jawaban yang terseragam bahkan cenderung terjadinya peniruan yang berujung kebohongan. Satu pertanyaan saya adalah apakah jadi merupakan sebuah rutinitas yang membosankan sehingga tidak aware dengan hal yang seperti ini?
Memang tidak ada salahnya copy paste jawaban cuman saya teringat sebuah pepatah, "Good Artists Copy, Great Artists Steal." I mean kenapa hanya copas ketika kamu bisa improve but still based on your tru story.
Ya dari beberapa teman yang berpikir bebas dan menolak terkekang sistem berwirausaha sedari muda menjadi pilihan jalan hidup mereka.

2. A good liar
Ini berawal dari keheranan saya ketika saya bertanya pada seorang teman tentang tips bagaimana dia bisa masuk dan diterima disebuah perusahaan. Surprisingly, apa jawabnya? pinter-pinter bohong aja... I mean what?! sejujurnya saya memang tidak pernah menyangka tapi kenyataannya demikian bahkan ada yang sudah berbohong dari cv yang dibuat. What i hate the most from this is, it's broke the most important universal rules, it is called being honest! 
Ya meskipun tidak semua demikian adapun teman yang lebih baik berkata sejujurnya bila memang belum diterima itu mungkin belum rejeki kamu, coba kamu perkuat hubungan vertikalmu deh baru do more sesuai kemampuan kamu.

Gambar diambil dari Google Images
gambar diatas cukup mewakili kedongkoloan dan kegundahan hati saya

3. Valuable and Profitable Objects (the guy who can sell them self to the devil)
Ujung dari hal ini semua adalah tentang bagaimana menjadikan diri kita sebuah aset bagi perusahan, sebuah aset yang bisa memberikan keuntungan. keuntungan yang besar yang perusahaan tidak ingin rugi sekecil apapun itu. Dalam hemat saya semua orang adalah individu yang valuable dan potential dengan segala kekhasannya dan keunikannya sendiri. Tentu perusahaan pun menilai demikian. Problem is, how you make yourself worthy, worse how to make yourself profitable! Setidaknya itu yang saya pikir hingga sekarang. Saya pun maklum, karena begitulah sebuah korporasi bekerja,  mereka memang bukan badan amal yang akan memberikan uang mereka secara cuma-cuma bagi yang membutuhkan. Karena jika kamu gak bisa jual diri kamu dan terlihat berharga dan menguntungkan bagi perusahaan lalu bagaimana kamu bisa jual produk-produk mereka?

Cukup lama saya merenungkan hal-hal tersebut. Hal-hal ini yang sekarang selalu terngiang di kepala saya dampak dari kegagalan-kegagalan yang beruntun akibat melamar kerja.

Dari ketiga hal tadi poin nomor tiga yang cukup membuat saya berpikir keras. Jujur karena terkadang kita tidak terlalu mengenal diri kita sendiri sehingga kita memang terjebak pada kenyataan semu yang kita buat-buat sendiri. Hasilnya kita mungkin dianggap tidak terlalu berguna bagi perusahaan, pembohong, kurang sopan, rebels, hipokrit, dsb.

Gambar diambil dari Google Images
 Rasanya terkadang ingin menjawab seperti gambar diatas ketika sedang interview

Entah, harus mulai darimana proses pembenahan diri ini harus dimulai. Terkadang rasanya ingin menyudahi saja perjuangan ini, karena melihat dualisme yang seringkali bertolakan di dalam diri. Tapi realita hidup bukanlah situasi yang dengan mudah ditaklukan, terlebih ketika kamu seorang yang delusional, imajiner tingkat dewa dan hidup di alam mimpi yang utopis. Terkadang ada nyeselnya juga ketika masa remaja dihabiskan untuk nonton kartun dan main band-band-an gak jelas, sementara orang lain sibuk membangun karir. Andai saja nonton kartun termasuk karir yang menjanjikan, atau setidaknya saya punya pacar cewek youtuber yang punya channel yang ngebahas kartun atau game atau musik deh. Aku siap jadi asistennya profesionally atau lebih juga gak apa-apa. hehe

Baca Juga: Jangan Nyerah Sama Skripsi

Diiringi lagu-lagu emo jaman SMA aku menulis tulisan ini sambil merenungi langkah apa yang seharusnya aku tempuh untuk merealisasikan cita-cita hidup terkenal, terpandang dan banyak uang ini. Sungguh malam ini kepala berat sekali rasanya seakan menolak diajak untuk berpikir, mungkin karena jenuh akan penolakan kerja dan batas usia yang sudah deadline dan tidak lagi muda. Sungguh dalam doaku aku selalu berdoa yang terbaik bagi seluruh umat manusia khususnya. Sungguh cita-cita ku mulia karena ibadah adalah goals-ku. Aku harap semua baik-baik saja. Aku harap hati ini mantap. Aku harap mohon dikabulkan. 

Komentar

Postingan Populer