Kamu Harus Nyobain Rasanya Resign!



Setidaknya sekali dalam hidupmu, harus merasakan r
esign! Omonganku ini bukan hanya bullshit belaka. Gue bisa menjamin setelah resign lo bakal mendapat banyak  pelajaran berharga.
.
Oke, ini adalah bulan kedua setelah gue resign dari perusahaan pertama gue pascalulus kuliah. Dan gue merasakan sendiri betapa masih banyak hal yang gue harus pelajari untuk bisa bertahan di muka bumi ini.

Hal ini karena setelah resign, gue mendapat iklim kerja yang jauh berbeda dengan perusahaan lama.Sebelumnya bekerja sebagai wartawan di perusahaan lama gue lebih banyak bekerja di lapangan dengan segala tantangannya. Kelebihannya gue memliki waktu yang super fleksibel. Pressure yang tidak terlalu tinggi dari atasan. Kordinasi simple, hanya dengan kordinator peliputan, sesekali dengan editor atau kepala pemberitaan. 

Sementara di perusahaan kedua ini, gue bekerja sebagai tenaga Humas yang mana kerjanya kebanyakan di kantor dengan jam kerja 8 to 9. Iklim kantor sangat berbeda dengan lapangan. Dari mulai kordinasi multi pintu, kerja-kerja administrasi yang gue baru kenal sekarang, meeting dan tetek bengeknya, rekan kerja yang annoying, posisi gue mengharuskan gue mengenal seisi kantor, profil perusahaan, proyek-proyeknya, dan segala seluk beluknya dalam tempo jang sesingkat-singkatnya. 

Hal itu diperparah dengan atasan yang super galak dan cerewet. Hobinya me-lay off orang yang tidak sepaham dengan dirinya. Kalau lu dipandang batu sandungan di jalannya, maka langsung disikat habis. Dan gue mungkin bagian dari itu, baru dua bulan saja gue sudah beberapa kali diomelinnya.Bahkan Senin, besok gue udah harus menemui HRD.
  
Gue yang semasa menjadi wartawan cenderung kerja dengan tempo yang lumayan bisa bikin laidback berimbas pada kinerja gue sekarang. Gue mendapat pandangan negatif dari manajer. Hehe but I don't care. Kadang aku rasa aku memang tercipta laidback seperti Shikamaru. Oh why must in a hurry if in the end it doesn’t even matter? At least for me, I don’t want to live like that, in a hurry-cage.

Belum lagi sekumpulan aturan perusahaan yang bener-bener mengikat.Kemudian politik like dislike yang menjadi habitat para penjilat. Uggh membuat gue ingin cepet hengkang. 

Keadaan ini membuat gue menjadi lebih berpikir dan bersyukur. Karena dengan resign dan merasakan pengalaman kerja yang berbeda gue mendapat banyak insight baru dan membuat gue merasakan betapa diri masih banyak kekurangannya.

Lebih bersyukur, bila memandang kerjaan gue sebelumnya sebagai wartawan. Beban kerja gue yang dulu sering gue keluhkan ternyata tidak seberat sekarang. Kalau kerja sekarang itu benar-benar seperti ilustrasi kebanyakan orang di barat sana, yang menggambarkan hidup seperti Rat Race. 

Jujur, selama jadi wartawan aku tidak merasakan kesulitan yang teramat sangat. Terlebih menyadari kalau jurusan kuliahku dulu tidak memberikan banyak bekal ilmu praktis, mendapat kerja sebagai wartawan di salah satu media nasional adalah sebuah kebanggan.

Tapi, menjadi wartawan di era digital adalah sebuah pembodohan laten. Dan alasan iu yang 
membuatku hengkang dari media. Alhamdulillah aku sudah merasakan resign, dan 
dengan semua pengalaman ini aku sedikit demi sedikit dibukakan matanya untuk lebih luas 
memandang kehidupan.Mungkin ini menjadi bagian dari pahit getir perjalanan hidupku. Di momen maulid nabi ini aku harap ada perubahan yang lebih baik untuk ku.


  


Komentar

Postingan Populer