Tertarik Jadi Wartawan di Era Digital ? Ini Pengalamanku




Ada aku lho di poto ini, Coba tebak yang mana?



Gue lagi kepingin sharing soal profesi yang lagi gue jalani sekarang. Alhamdulilah kali ini status saya sudah berbeda dengan saya yang beberapa bulan lalu sewaktu nulis Ngarang Bebas. Alhamdulillah, gue keterima kerja di salah satu media yang cukup besar di Indonesia. Gue dapet kerja sebagai wartawan atau bahasa yang lebih berkelasnya mah, jurnalis. Oia kebetulan posisi sebagai wartawan berita online.

Buat yang belum tahu, di media, ada beragam desk atau lahan olahan berita atau kanal berita. Kalau kalian pernah baca koran atau memerhatikan panel media online di situ suka ada opsi tab seperti nasional, olahraga, megapolitan, nusantara, politik dan hukum, lifestyle, hiburan dll, nah itu adalah macam contoh-contoh pembagian desk/ kanal profesi ini. Karena gue kebetulan sekarang jadi wartawan berita, saat ini lebih banyak bergerak di ranah politik, hukum dan metropolitan (isu perkotaan).

Oh iya, gue kuliah dari luar jurusan jurnalistik, dan profesi wartawan adalah profesi terbuka. Artinya semua orang, dengan semua background atau latar belakang pendidikan bisa berkecimpung di profesi ini.

Pernah dengar istilah netizen journalist atau citizen journalist? Bahkan tanpa latar belakang pendidikan yang sesuai pun bermodal smartphone dan internet semua orang yang minat nulis, ngevlog, dsb bisa menjadi jurnalis.

Meskipun demikian ada perbedaannya. Seorang jurnalis profesional memiliki legalitas karena bekerja dibawah naungan perusahaan yang berbadan hukum. Oleh karenanya wartawan sebagai profesi dituntut harus tahu bagaimana struktur atau penulisan sebuah naskah jurnalistik yang baik.

Nah perlu diketahui, penggolongan penulisan berita biasanya terbagi ke dalam hard news dan soft news. Untuk berita hard news wartwan menulis berita cepat, ringkas dengan kalimat langsung, tidak bertele-tele, tanpa opini atau subjektifitas penulis.

Namun lain halnya dengan softnews. Di sini penulisan berita dibutuhkan sedikit sentuhan subjektivitas penulis, tujuannya supaya lebih menyentuh perasaan pembaca. Contoh penulisan gaya softnews tuh biasanya tulisan feature seperti biografi sosok, humaniora, opini, lifestyle, olahraga dan sebagainya.

Untuk memahami struktur penulisan naskah jurnalistik berita, gue cuman dibekali sedikit saat pelatihan di kantor dulu. Katanya bisa dipelajari dan berjalan seiring waktu. Dari pergaulan di lapangan atau mengutip perkata jurnalis yang lebih senior seorang wartawan baru nanti juga bisa sendiri kalo udah sering terjun ke lapangan... Ya aja biar cepet! Tapi nyatanya tidak semudah itu Ferguso, udah setahun, masih bego juga nulis.

Terus yang pasti kalo terjun ke dunia jurnalistik lo dituntut belajar membiasakan berpikir dengan pola kerangka menulis yang sistematis. Ada istilah piramida terbalik, buat penulisan lead berita yang baik. Kemudian penulisan judul supaya klik bait. Selain itu wajib belajar menulis dengan menentukan angle beryang mengandung nilai berita. Belajar berpikir berdasar pada 5W+1H yang merupakan modal dasar sebagai seorang jurnalis, khususnya newbie.

Baca Juga: Susahnya Kerja Jadi Wartawan Media Online

Oia, profesi di bidang jurnalistik juga merupakan salah satu dari beberapa profesi dengan kode etik setelah dokter dan praktisi hukum (pengacara, advokat, hakim, jaksa dsb). Di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Kode Etik Jurnalistik.

Menjadi seorang jurnalis adalah komitmen menjalankan profesi bukan pekerjaan. Dari katanya orang-orang ketika disebut profesi, mengharuskan kita siap kapanpun, dimanapun ketika dibutuhkan seperti profesi lainnya dokter, penegak hukum, dsb. Ada tanggung jawab moral yang diemban dalam sebuah profesi.

Dari pengalaman singkatku, terkadang gue sering berkontemplasi bahwa sungguh tantangan menjadi seorang jurnalis profesional bukanlah hal yang mudah. Akan ada banyak hal yang tidak terduga menanti dihadapan. Namun seorang jurnalis profesional dipaksa harus selalu siap dengan kondisi itu. Ini yang sebetulnya tantangan seorang jurnalis.

Ambil contoh ketika terjadi peristiwa bencana alamm, konflik atau perang, dimana banyak hal yang remang, tak terduga yang mungkin bisa mengancam nyawa tetapi jurnalis tetap dituntut bisa berpikir jernih dan menghasilkan karya jurnalistiknya.

Profesi jurnalis juga berbicara tentang pelayanan publik. Keterbukaan dan akuntabilitas sebuah informasi adalah sebuah kebutuhan publik. Jurnalis hadir untuk memberikan semua itu kepada publik. Istilah kerennya Public Watchdog.

Menjadi Wartawan Online.

Di era digital ini kebanyakan yang usia 20-25 jadi jurnalis media online. Karena katanya di era yang serba digital ini, merupakan senjakala bagi media cetak.

Oke deh gue bahas dulu sedikit soal platformnya, jadi sampai hari ini profesi jurnalis itu dibagi tiga yaitu jurnalis cetak, elektronik dan online. Jurnalis cetak itu produknya ada koran, majalah, tabloid, buletin dan sebagainya. Generasi milenial mah udah jarang banget sentuh lah produk jurnalistik tersebut.

Lalu ada platform elektronik masih oke nih dan impian banyak anak muda. Dulu pasti sebagian dari kita pernah pengen jadi penyiar radio, penyiar atau reporter tv nah itu bagian dari jurnalisme elektronik. Produk jurnalistiknya ditayangin di tv di radio dan media elektronik. Nah yang paling banyak sekarang adalah jurnalis online, produknya terbagi tiga bisa naskah, audio visual atau hanya visual saja dan ditayangkan di medium internet. Sementara saluran produknya beragam, bisa tulisan blog, vlog, situs berita bahkan tweet dan update medsos.

Nah, gimana kerjanya? Gue ambil simplenya, suka update status facebook atau twitter atau instagram atau youtube? Nah gampangnya sih seperti itulah, kira-kira lu harus terus update perkembangan berita di lapangan lewat tulisan lho. Kalu lo jago bikin caption panjang ata thread Twitter berutas-utas, insyaallah mudah beradaptasilah.

Eitsss tapi gak segampang itu, sebagai jurnalis profesional ujian lu bakal sangat super berat di awal. Karena untuk mengasah mental dan kegigihan lu, oleh bos, lu bakal sering di lempar liputan ke sana, ke mari dan biasanya megang lebih dari dua agenda.  Dan ketika lu disuruh ini dan itu, lu cuma bisa manut, haram hukumnya lu ngelawan karena bakal menjadi pergunjingan nantinya. Makanya di tahun pertama, sabar-sabarin aja dah...Jawab siap aja meski liputan lu kurang menyenangkan.

Nggak cukup di situ, nanti lu juga bakal sering kena bentak editor karena sebagaimana pun pro nya lu nulis ketika masih kuliah, lu bakal dipaksa harus menyamakan format penulisan dengan yang dipakai di perusahaan. Bakal ada sedikit culture shock lah, tapi ada yang adaptasinya cepat ada juga yang lambat, nah yang lambat ini bakal sering kena semprot editor biasanya.

Terus juga lu bakal dilempar ke situasi masalah yang berbeda. Misalnya lu pagi disuruh liputan metropolitan, bisa aja siangnya lu dilempar ke agenda politik atau hukum dan sorenya liputan peristiwa. Dan lu dituntut cepat memahami isu.

Capek? banget.... Tapi masih manusiawilah, kalo kata redaktur pelaksana  di media gue sekarang. Tapi alhamdulillah sih, media gue termasuk media yang cukup memerhatikan kesejahteraan karyawannya jadi ritme kerjanya gak segalak media seperti "kited".com

Oia, karena pas 2018 banyak terjadi musibah bencana, beberapa dari teman gue ada yang dilempar ke lokasi kejadian. Di situ lu benar-benar harus kuat mental dan bersikap profesional. Tapi ini situasi luar biasa yang jarang dialami kebanyakan wartawan, tapi pada intinya sih gue cuman mau bilang kalau ini bagian dari resiko profesi, mau gak mau, siap gak siap lu harus siap dan mau.

Gak fair ya kalo gue cuman cerita capeknya kerja sebagai wartawan. Lantas keuntungan atau enaknya jadi wartawan online apa dong?

Ok, kalo sampai hari ini apa yang gue rasain sih lu bakal banyak kenal orang, karena gue sebetulnya introvert jadi kadang kalau terlalu banyak kenal orang suka stress sendiri. Kemudian di beberapa tempat yang strict atau terbatas bagi publik tapi tidak berlaku buat lu. Di beberapa tempat itu lu malah bisa keluar masuk seenaknya (gue sih suka part ini) menggunakan id card pers lu, "bilang aja dari media,".

Terus kalau lu beruntung sometimes lu bakal termasuk jajaran orang-orang ring satu dalam sebuah peristiwa sejarah, seperti Asian Games 2018, Pemilu 2019 dan lain-lainlah pokoknya. Oia kadang kalau agendanya spesial seperti seminar, atau pertemuan yang skalanya gede biasanya lu bakal nginap di hotel yang lu gak pernah sangka bisa nginap disana dan di beberapa acara kadang lu bakal mencicipi hidangan yang belum pernah coba.

Ok sekian dulu deh sharingnya ya... Buat yang mau kerja jadi wartawan, wartawan media online khususnya, gue doain semoga kalian memilih berdasar "PASSION" ya!!! Karena dari pengalaman banyak yang gak survive di profesi ini meski dulunya kuliah jurusan ilmu komunikasi. Ok deh sekian dulu. Good Luck.

Komentar

  1. Terima kasih buat sharing-nya. Semoga sukses selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sama-sama. Senang bisa membantu dan semoga bermanfaat.

      Hapus
  2. sedikit tercerahkan.. terima kasih.. semoga bermanfaat terus..

    BalasHapus
  3. Terimah kasih mas bro sharinfnya, memberikan gambaran bg gw yg dalam beberapa hr kedepan bakal mencicipi jd Jurnalis untuk pertama kalinya.

    BalasHapus
  4. Terimakasih masbro ,sharing nya 🙂🙏

    BalasHapus
  5. Thanks sharing. Helpful. Sehat selalu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer