Mengenal Konsep Ikigai "Cara Postive Thinking ala Jepang"


Tulisan ini sebenarnya sebuah essay kecil yang saya kerjakan sebagai salah syarat di salah satu tahapan proses seleksi kerja. Tanpa panjang lebar silakan baca saja hasil essay saya ini mohon maaf bila kurang berkenan atau ada yang ingin didiskusikan silakan tuliskan di kolom komentar.
Copyright: Google Image 


Konsep IKIGAI telah lama dikenal di dunia internasional, sebagai sebuah konsep yang memberi pandangan tentang arti penting nilai dari sebuah kehidupan. Secara harfiah, ikigai berasal dari dua kata dalam bahasa Jepang yaitu Iki yang memiliki arti “To Live” dan Gai yang memiliki arti “Realization of What We Hope For”[1]. Keterangan lebih lanjut sebagaimana dikutip dari BBC :

“According to Hasegawa, the origin of the word ikigai goes back to the Heian period (794 to 1185). “Gai comes from the word kai (“shell” in Japanese) which were deemed highly valuable, and from there ikigai derived as a word that means value in living.”[2]

ataupun sebagaimana dikutip dari penelitian Tohmasa Sone dkk :

" In the most authoritative dictionary in Japan, the sense of ikigai is described as “joy and a sense of well-being from being alive” and of “realizing the value of being alive”[3]

Kristalisasi dari konsep Ikigai adalah terbentuknya sikap menghargai kehidupan/value of life. Sikap menghargai kehidupan sendiri kemudian menuntun pada terbentuknya tujuan dari hidup yang berdampak pada kekuatan untuk bertahan hidup, usaha untuk hidup,dsb.

Meskipun demikian di dalam konsep Ikigai yang dikenal di dunia barat, konsep Ikigai terpecah ke dalam empat poin nilai yaitu: What do you love? What are you good at? What does the world need from you? What can you get paid for? Dengan memahami ini, seseorang diharapkan bisa melakukan hal yang terbaik sesuai dengan kemampuan yang dia miliki.
Copyright: Google Image

Pada akhirnya terjadi perbedaan pemaknaan/pemahaman konsep Ikigai di dunia barat dan di Jepang. Perbedaan pemahaman ini tentu juga mengarah pada perbedaan gaya kerja bagi yang mengaplikasikannya. Konsep Ikigai di Jepang lebih menekankan pada seberapa jauh seseorang dapat memberikan manfaat atau membuat dirinya berguna bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan kemampuan yang seseorang miliki tanpa memperhitungkan pamrih. Bagi masyarakat Jepang konsep Ikigai lebih kepada perwujudan nilai dan manfaat. Adapun nilai yang dikejar bukan semata hanya materi tapi lebih kepada kebahagiaan. Hal ini sebagaimana dikatakan seorang psikiatris Jepang Mieko Kamiya di dalam bukunya “About Ikigai” yang diterbitkan tahun 1966, ia mengatakan bahwa “Ikigai is similar to “happiness” but has a subtle difference in its nuance. Ikigai is what allows you to look forward to the future even if you’re miserable right now”.[4] Hasegawa menambahkan bahwa kebahagian yang didapat dari hari ke hari itulah tujuan sebenarnya dari Ikigai. Sebagaimana dikutip di dalam BBC

“Hasegawa points out that in English, the word life means both lifetime and everyday life. So, ikigai translated as life’s purpose sounds very grand. “But in Japan we have jinsei, which means lifetime and seikatsu, which means everyday life,” he says. The concept of ikigai aligns more to seikatsu and, through his research, Hasegawa discovered that Japanese people believe that the sum of small joys in everyday life results in more fulfilling life as a whole.”

Sebetulnya penafsiran Ikigai melalui empat nilai tadi tidak begitu salah karena di dalam Ikigai budaya Jepang pun penting untuk mengetahui batas kemampuan kita. Hanya saja goals dari Ikigai barat lebih kepada pencapaian yang lebih besar dan sifatnya materil sementara Ikigai asli Jepang lebih kepada sebaliknya, moral dan kebahagiaan.


Penerapan Ikigai dalam budaya kerja modern

Budaya Ikigai masyarakat Jepang berdampak pada angka harapan hidup masyarakat Jepang yang terkenal di dunia bisa mencapai ratusan tahun. Sebagai contoh adalah penduduk Okinawa yang berusia hampir ratusan tahun tidak lepas dari Ikigai. Sebagaimana dimuat dalam salah satu artikel BBC dikatakan bahwa selain melakukan diet dan pola perilaku hidup sehat, Ikigai juga salah satu faktornya. Ikigai dari masyarakat jompo Okinawa adalah rasa tanggung jawab untuk mendidik generasi muda sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat[5]

Dalam kontestasi dunia budaya kerja karyawan akan sangat berpengaruh pada performa perusahaan. Kebijakan lama waktu kerja seringkali tidak berbanding lurus dengan produktivitas yang dihasilkan. Sebagai contoh adalah budaya Karoshi[6] di masyarakat perkotaan Jepang. Jepang terkenal dengan budaya kerja yang 24 jam non stop dan seringkali menyebabkan kematian bagi pekerjanya. Namun hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam skala produktivitas Jepang tidak pernah lebih baik dari Amerika juga negara-negara benua Eropa yang memiliki jam bekerja lebih sedikit dari sosial masyarakat perkotaan besar di Jepang cenderung bekerja bukan karena ingin tapi karena tekanan sosial dan ekonomi. Sehingga waktu kerja yang lama pun menjadi tidak produktif karena dilakukan setengah hati dan terkadang hanya sebagai kamuflase. Dampak lebih jauhnya adalah tingkat stres yang tinggi dan kematian.

Pentingnya Ikigai

Dua perbandingan antara masyarakat Okinawa dan masyarakat perkotaan jepang adalah sebagai contoh pentingnya mengetahui Ikigai dalam hidup. Riset menunjukan bahwa orang dengan Ikigai memiliki tingkat toleransi dan ketahanan yang lebih tinggi terhadap fenomena sosial yang terjadi. Selain itu lebih terbuka akan perubahan, highly motivated dan optimis juga kritis. Sebagaimana di katakan R Ishida di dalam risetnya, “Our studies show that PIL/ikigai provides people with the ability to integrate stressful psychological events from the past, present, and future with less conflict or confusion. This ability results in decreased anxiety and lower sympathetic nervous system activity during events that cause psychological and physical stress, such as when performing a time-limited task that will be evaluated by others,or when meeting a person for the first time”(R.Ishida 2012).

Dari serangkaian penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa Ikigai merupakan sebuah filosopi/ konsep memiliki manfaat yang sangat positif bagi seorang individu. Kita bisa berkesimpulan bahwa konsep Ikigai ini sangat penting untuk diketahui dan diaplikasikan khususnya dalam budaya kerja perusahaan. Budaya kerja yang menerapkan Ikigai akan merevolusi pekerjanya ke dalam kondisi mental yang lebih baik sehingga berpengaruh pada performa pribadi dan sosial yang lebih baik. Dengan mengetahui Ikigai/ Tujuan hidup dan Nilai hidup pekerja akan lebih menghargai kesempatan yang diberikan dalam melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya.

Baca Juga: Pengalaman Kerja Jadi Wartawan






Referensi

Ikigai: A Japanese concept to improve work and life;

http://www.bbc.com/capital/story/20170807-ikigai-a-japanese-concept-to-improve-work-and-life

The Japanese concept of Ikigai could be the secret to a long, meaningful life;

http://www.businessinsider.com/the-concept-of-ikigai-could-be-the-secret-to-a-long-meaningful-life-2017-9/?IR=T

Examining The Japanese Work Ethic: So How Much Does Japan Ganbaru Anyway?; https://www.tofugu.com/japan/japanese-work-ethic/

R. Ishida. 2012. Purpose in Life (Ikigai), a Frontal Lobe Function, Is a Natural and Mentally Healthy Way to Cope with Stress. Published Online in SciRes (http://www.SciRP.org/journal/psych)

Tohmasa. Sohne,et.al. 2008.Sense of Life Worth Living (Ikigai) and Mortality in Japan: Ohsaki Study. Published in Psychosomatic Medicine 70:709 –715 (2008).


[1] Di kutip dari http://www.businessinsider.com/the-concept-of-ikigai-could-be-the-secret-to-a-long-meaningful-life-2017-9/?IR=T

[2] See http://www.bbc.com/capital/story/20170807-ikigai-a-japanese-concept-to-improve-work-and-life
[3] Sense of Life Worth Living (Ikigai) and Mortality in Japan: Ohsaki Study

[4] See http://www.bbc.com/capital/story/20170807-ikigai-a-japanese-concept-to-improve-work-and-life
[5] ibid
[6] See https://www.tofugu.com/japan/japanese-work-ethic/

Komentar

Postingan Populer