Menerima Nasib Menjadi Generasi Sandwich
Menurut Profesor Dorothy A. Miller dari Universitas Kentucky, Amerika Serikat, Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya. Dan inilah keadaan gue hari ini, meski gue belum memiliki anak, tapi gue masih punya adik yang masih kuliah.
Kalau merujuk dari pernyataan di atas, menjadi generasi sandwich ini bukan hal baru sih, cuman istilahnya aja yang baru dikenal, terdengar. Soalnya, kalau dipikir lagi orang tua gue juga seharusnya generasi sandwich karena harus nanggung orang tua dan anak. Cuman yang bikin beda adalah generasi sandwich jaman dulu lebih mampu daripada generasi sandwich hari ini.
Hal ini disebabkan beberapa faktor, pertama jumlah anak orang tua dulu banyak sementara generasi sekarang sedikit. Menanggung hidup orang tua rasanya lebih ringan oleh orang tuaku, karena kalau ada apapun terkait si mbah, ibu berikut keempat saudara/i nya selalu musyawarah dan bantu-membantu. Misal waktu si alm. si mbah dirawat di rumah sakit, bulek yang jadi ibu rumah tangga dan terdekat bagian menjaga, sementara ibuku dan pakde yang bekerja giliran menyumbang dana untuk kebutuhan perawatan dan penginapannya. Begitupula, saudara-saudari dari keluarga alm. Ayah. Coba bayangkan hal itu dilakukan oleh generasi hari ini yang maksimal saudara hanya dua orang. Itulah salah satu dilema generasi sandwich hari ini.
Kemudian, dari segi ekonomi orang tua dulu meskipun cuman petani, karyawan pabrik mereka tetap memiliki kemampuan ekonomi yang stabil karena hidup di jaman orba meski rezimnya korup, mereka berhasil mendongkrak perekonomian dan menjaga kestabilan harga. Jadi, pas kejadian krisis moneter kebanyakan orang tua sudah pada punya rumah sendiri atau setidaknya tabungan dan juga harga tanah dan properti yang belum semelonjak sekarang. Selain itu, orang tuaku termasuk orang-orang yang dibesarkan dengan suasana prihatin dari keluarga petani. Kalau soal urusan menabung dan hemat itu sudah mengakar sampai hari ini, berbeda dengan gue yang gak pandai menajaga keuangan. Meski memiliki gaji yang lumayan, rasanya selalu kurang.
Ini realita yang gue bakal hadapi ke depan, menjadi bagian dari generasi sandwich. Meski awalnya anxiety, tapi karena udah pasrah sama kehidupan, jadi ya udah lah ngalir aja. Meski kadang kepikiran, kalau kayak gini... kapan gue kawin, kapan gue beli rumah, kapan beli mobil? Tapi, ya udah lah yah, gak sendiri kok. Hasbunallah wani'mal wakiil.
Jadi kalau dari situsnya OJK, ada beberapa check list / ikhtiar yang dapat diusahakan guna memutus rantai generasi sandwich, bagi orang umum bukan keturunan sultan.
1. Memiliki tabungan rencana (contoh: tabungan nikah, tabungan haji, tabungan umroh)
2. Menyiapkan program pensiun (paling kongkrit kalau udh jadi PNS)
3. Memiliki asuransi kesehatan
4. Kurangi gaya hidup konsumtif
5. Menyiapkan dana pendidikan anak
6. Mengajarkan anak utk menabung dan mandiri secara finansial.
Terus tambahan dari gue, banyakin sedekah dan shalawat. Jangan lupa kalau udah mampu berzakat, dikeluarkan zakatnya.
Yup, ini bakal jadi catatan buat diri gue sendiri. Ya semoga juga bermanfaat buat yang membacanya kelak.
Komentar
Posting Komentar