Catatan Pengabdian di Perbatasan Indonesia-Malaysia Part 2
Foto diambil saat |
Latsar di Depok. Hanya Pemanis =). |
Lama banget gak nge-blog. Maaf ya Blog-ku tersayang.... Banyak cerita di kehidupan nyata yang membuatku absen lama dari nge-blog. Dari mulai kerjaan sampai pengalaman hidup yang luar biasaaaa.
Sebab sudah lama tidak menulis, saya bingung harus bagaimana... Rasanya ilmu teknis menulis yang saya dapatkan selama jadi wartawan itu hilang sudah. Jadi, ya... anggap saya ini ikhtiar saya kembali untuk mengasah ilmu tersebut.
Okey, sebab judulnya cerita pengabdian menjadi PNS di perbatasan... Saya akan mulai dari kerangka berpikir saya tanya dan saya jawab. Yang jelas prinsip "5 W +1 H" adalah kerangka berpikir yang paling menempel di otak saya sekarang.
Kita mulai dari berapa lama saya sudah bertugas? TMT saya Maret 2022, jadi sekarang sudah 2 Tahun lebih 9 Bulan. Gak kerasa kan sudah mau tiga tahun, perlu satu tahun lagi untuk naik jabatan.
Rasanya judulnya terlalu umum sih, jadi bingung mau dibawa kemana tulisan ini. Tapi ya sudah deh, setelah dua tahun lebih ngembara ke perbatasan Indonesia jadi banyak mendapatkan sudut pandang yang tidak didapatkan orang lain yang semasa hidupnya hanya berada di kampung halaman.
Namanya juga perjalanan hidup kan ya, saya bersyukur bisa berada di titik dimana saya berada sekarang ini. Meski demikian, perlu diakui, awalnya tidak mudah, seorang anak dari Kota Besar di Pulau Jawa yang lahir dan besar di lingkungan yang berkecukupan, terbiasa dengan banyak kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya, kemudian sekarang ditugaskan ke pelosok perbatasan paling utara Indonesia. Perlu satu tahun setengah buat saya memproses segalanya.
Selama, waktu berjalan tersebut, saya akui banyak konflik internal yang terjadi. Hal, ini diakui atau tidak berpengaruh ke kondisi fisik dan mental saya. Diantaranya membuat saya sering sakit sehingga berpengaruh pada kinerja saya.
Nah, dari keadaan inilah yang akhirnya saya banyak belajar dari mulai kesehatan, agama, dan filosofi barat. Ketiga, jalur ilmu inilah yang berhasil menguatkan saya untuk kembali tegar di perantauan.
Ketegaran saya dan diiringi pola berpikir yang saya rasa semakin dewasa (setidaknya itu yang saya rasa) membuahkan hasil yang manis. Diantaranya jalan hidup yang pola beribadah semakin teratur, kesehatan membaik dan tentunya hidup yang jauh lebih mudah.
Dan jalan hidup menuntun saya mendapatkan istri di sini dan sebentar lagi calon anak. Selain itu, komunikasi antara saya dan mama semakin harmonis. Benar kata orang, merantaulah maka kau akan tau rasanya rindu, kangen dan perihnya kehidupan.
Mungkin ke depan saya akan membahas sedikit diantaranya karir, kesehatan, dan jodoh. Karena topik itu murni pengalaman pribadi saya dan saya cukup senang bisa membaginya, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi yang tersesat mampi ke blog ini. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar